Selasa, 01 April 2008

AYAT-AYAT CINTA

TELAAH NOVEL

AYAT-AYAT CINTA
Karya Habiburrahman El Shirozy

Oleh : B’Ken M.W.

AYAT-AYAT CINTA ditulis oleh Habiburrahman El Shirozy, novel ini adalah masuk dalam kategori novel yang sangat fenomenal, karena sejak terbitan pertama pada 2004 yang lalu sampai tahun 2007 kemarin adalah telah mengeluarkan 160.000 Exp, 28 terbit ulang. Ini adalah novel pembangun jiwa yang tujuan utamanya adalah dakwa yang didalamnya terdapat banyak peristiwa yang menjadi pesan moral yang sarat dengan makna. Karena pesan dakwa yang kental dalam novel ini yang disajikan dengan sangat Apik oleh sang penulis, sehingga tidak terkesan menggurui kepada pembaca, penulis mengajak pembaca untuk merenungi dan ikut masuk dalam dunia cerita sehingga pembaca seolah-olah menjadi pelaku novel ini. Sangat romantis dan humanis! Novel ini terasa begitu kuat dalam ajaran, perasaan, dan penokohannya.

Adalah tidak menggurui pesan-pesan dakwa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca yang menjadikan Novel ini manjadi diminati oleh banyak orang terutama oleh kalangan muda yang gandrung akan cerita romantisme. Selain itu mengapa novel ini menjadi best seller adalah karena bahasanya yang mengalir yang bisa mengajak pembaca larut dan merasa ikut dalam allure cerita tersebut. Serta pencapaian sastranya yang sangat bagus yang menurut beberapa kritikus bagus dan tidak mempunyai beban dakwa.

Novel ini bercerita tentang seorang pemuda desa miskin bernama Fahri bin Abdillah yang merantau ke Mesir, Kairo untuk bersekolah di Universitas Al Azhar, demi mencapai cita-citanya untuk sekolah di cairo mesir, dia harus merelakan satu-satunya sawah warisan keluarganya, fahri yang harus mengalami banyak kesulitan dari mulai masalah keuangan, kesehatan dan bahkan cinta. Dalam novelnya, periode waktu yang dipakai adalah masa ketika Fahri sedang menyusun tesis untuk S-2nya. Fahri adalah sosok pemuda islam yang berperilaku Islami. Dalam pengenalan tokoh ini, sang penulis memulai dengan menggambarkan karakter Fahri yang berkemauan kuat dan teguh memegang janji serta pemuda yang memegang teguh prinsip yang diyakininya.

Adalah Fahri seorang khadim kiai dan batur santri, keturunan petani miskin asal Jawa yang entah bagaimana (tidak diceritakan sama sekali) bisa kuliah S2 di Universitas Al Azhar. Kisah hidup Fahri ibarat kisah hidup di negeri dongeng. Dengan kesalehan, kebaikan hati, kecerdasan dan kedewasaan yang luar biasa, Fahri yang digambarkan sebagai laki-laki miskin, berperawakan dan bertampang biasa saja sangat disukai oleh gadis-gadis cantik, cerdas, dan terbaik di sekitarnya.


“Tak salah apa yang ditulis Hadi Susanto dalam prakatanya, novel itu pas disebut sebagai novel pembangun jiwa. El Shirazy mampu menyisipkan pesan-pesan moral dalam novelnya. Pesan dakwah dijasadkan dengan sangat halus yang jauh dari kesan dipaksakan. Bahkan tanpa kita sadari ilmu fikih dan akidah kita bertambah setelah kita mengikuti dialog-dialog yang disampaikan”

“Hari itu sangat panas di Kairo,cuaca sangat buruk. Suhu 41 derajat celcius. Padahal hari itu adalah jadwal untuk talaqqi (belajar langsung face to face dengan seorang syaikh atau ulama) pada Syaikh Utsman Abdul Fattah seorang ulama besar di Mesir” (ini adalah salah satu watak/karakter yang digambarkan oleh penulis tentang fahri yaitu orang yang berKemauan Kuat). Pada Ulama besar ini, Fahri belajar ilmu tafsir dan membaca Al-quran dengan riwayat tujuh imam. Tidak sembarang orang yang bisa diterima menjadi murid Syaikh Utsman. Mereka diuji secara ketat. Yang diuji adalah hafalan Al-Quran tiga puluh juz dengan qiraah bebas. Di tahun itu hanya sepuluh orang yang diterima salah satunya adalah Fahri. (Disini penulis juga mengenalkan Fahri sebagai seorang yang cerdas). Pengenalan karakter Fahri menjadi sentral dan teramat penting dalam novel ini. Karena karakter Fahri adalah pengerak dari semua peristiwa menjadi pesan moral yang ingin disampaikan penulisnya kepada pembacanya. Pendeknya karakter Fahri adalah karakter seorang islam yang Kaffah, yang selalu memegang teguh ajaran agama secarah utuh. Fahri juga tidak bersentuhan dengan perempuan yang bukan istri atau mahramnya.

Fahri juga adalah sosok pemuda yang setia kawan, mempunyai jiwa pemimpin dan pemuda yang mengayomi terhadap mahasiswa indonesia yunior yang tinggal serumah dengannya. Fahri bersama teman-temannya tinggal bertetangga dengan keluarga Mesir beragama Kristen Koptik yang sangat bersahabat. Dalam rumah kontrakan tersebut fahri adalah yang paling tua sehingga ia dijadikan ketuarumah tangga yang mengatur segala kebutuhan dan kewajiban tiap-tiap yang tinggal serumah dengannya. Mulai dari jadwal masak, bersih-bersih sampai urusan-urusan yang ada kaitannya dengan kebutuhan rumah tangga telah diatur dan disepakati oleh mereka (Fahri Dkk), suasana demokratis pengakuan hak dan kewajiban pada tiap person adalah bentuk ciri seorang pemimpin dan itu di buktikan oleh fahri. Setiap kegiatan sehari-hari terjadwal dengan rapi baik urusan kuliah sampai rencana masa depan telah fahri rencanakan mulai awal, bahkan perkawainannya yang direncanakan akan ia lakukan pada proses tesisnya nanti.

Adalah Fahri pemuda yang ramah, sopan dansenang bergaul dengan tetangga mereka, bahkan pada salah satu tetangganya orang kristen koptik. Di antara kesemua temannya yang paling dekat dengan keluarga itu adalah Fahri. Kamar Fahri tepat di bawah kamar anak perempuan keluarga Kristen Koptik itu. Namanya Maria. Walau berstatus Kristen, Maria suka Al-Quran bahkan dia hafal beberapa surat Al-Quran. Yang paling disukainya adalah surat Maryam seperti namanya. Maria sulit bergaul dengan lelaki tetapi dengan Fahri dia merasa nyaman dan kemudian jatuh cinta kepadanya. Di sini Fahri digambarkan seorang yang inklusif dalam bermasyarakat tapi tetap eksklusif dalam beriman.

Novel ini pun mengandung kisah asmara yang romantis dan humanis. Hati kita akan gerimis usai membacanya. Kehidupan Fahri diwarnai dengan kisah hubungan lelaki dan perempuan. Perasaan Fahri diungkapkan dengan baik ketika ia harus menjadi rebutan empat orang perempuan. Adegan percintaan pun dikemas dengan sangat manis dan cantik serta menggemaskan namun tidak terjatuh dalam kevulgaran.

Digambarkan saat Fahri berdoa agar ada seorang gadis yang meminangnya, keesokan harinya Aisha seorang gadis sangat cantik keturunan Jerman-Turki, cerdas, solehah, dan belakangan diketahui sangat kaya yang dikenalnya di kereta Metro meminangnya melalui paman Aisha. Mendengar Fahri sudah menerima pinangan Aisha, Nurul mahasiswi cantik asal Indonesia yang merupakan putri seorang kiai ternama di pesantren di Jawa Timur merasa sangat menyesal hingga mengirimkan surat yang meminta Fahri untuk menjadikan dia sebagai istri kedua.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, Maria seorang gadis Koptik (Arab Mesir yang beragama Kristen) yang sangat cantik, tetangga Fahri yang hafal Al Quran juga diam-diam memendam cinta yang sangat dalam kepada Fahri. Begitu merananya, Maria sampai sakit akut karena kehilangan semangat hidup.

Sebaliknya Noura, gadis muslim Mesir berambut pirang yang sangat cantik yang diselamatkan Fahri dari siksa ayahnya justru sangat membenci Fahri. Noura yang digambarkan masih bersekolah di tingkat lanjutan atas sangat mendendam karena cintanya ditolak oleh Fahri. Dengan fitnah yang keji, Noura berusaha menjebloskan Fahri ke dalam penjara Mesir yang digambarkan sangat sadis.

Karena karakternya yang sangat sempurna Fahri dicintai oleh empat wanita sekaligus. Fahri yang juga mahir menyitir puisi-puisi romantis dari penyair Perancis, sehingga bukan cuma bisa membuat perempuan berbunga-bunga ketika berada didekatnya tapi tergila-gila bahkan jatuh koma di buatnya. Perempuan yang menjadi kehilangan akal sehat karena cinta adalah Noura, perempuan yang sangat naas hidupnya. Noura mengalami kekerasan oleh ayahnya dan waktu bayi tertukar di rumah sakit. Berkat pertolongan Fahri, Noura menemukan kebahagian yang sempat hilang dan menemukan keluarga sebenarnya (ayah dan ibu kandung sebenarnya). Namun cinta menggelapkan akal sehatnya dan membuat nora berbuat yang sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang muslimah, dia hamil dan menuduh Fahri yang melakukannya. Di Mesir bagi seorang pemerkosa warga asli Mesir hukumannya adalah gantung. Berbeda bila yang diperkosa misalhnya adalah warga negara lain. Fahri dalam kesusahan yang amat dasyat karena harus menerima hukuman terhadap perbuatan yang sama sekali tidak di perbuat dan tidak akan pernah sekali ia lakuakan. Dia dipenjara dan disiksa karena fitnah yang dituduhkan kepadanya. Tapi Fahri masih dapat bersyukur dan bertakwa tanpa tergoyahkan imanya.

Fahri saat itu sudah menikah dengan Aisha, perempuan bercadar ber ayah Jerman, beribu Turki dan nenek Palestina. Fahri mengenalnya di sebuah trem/Kereta listrik, dalam perjalanan belajar ke Syaikh Utsman. Aisha adalah seorang mahasiswi jurusan psikologi di salah satu universitas. Aisha sangat sedih. Dia sedang hamil. Dia tidak ingin anaknya yatim. Aisha yang juga seorang islam yang taat kehilangan pegangan. Kesedihan menggelapkan imannya. Aisha mengutarakan rencanannya kepada Fahri untuk berdamai dengan keluarga Noura dengan memberikan sejumlah uang untuk menarik tuduhan. Uang bukanlah masalah. Aisha diwarisi kekayaan jutaan dolar dari keluarganya. Fahri menolak. Tidak mungkin baginya melanggar perintah Tuhan. Tidak mungkin baginya untuk menyuap.

Satu-satunya saksi yang bisa membebaskan Fahri dengan membuktikan bahwa Noura berbohong dan merekayasa kejadian pemerkosaan itu adalah Maria namun sayangnya Maria dalam keadaan koma. Satu perempuan lagi yang jatuh cinta pada Fahri adalah Nurul, seorang anak kyai yang juga sedang belajar di Al-Azhar. perjalanan cinta, romantisme percintaan dan Fahri sebagai sosok pemuda islam yang sempurna menjadi tema besar novel ini.

Tidak ada komentar: