Selasa, 01 April 2008

“KORUPSI KEPRESIDENAN”

Reproduksi Oligarki Berkaki tiga
Istana, Tangsi, dan Partai penguasa

Oleh Agus Rahmatulah,SE:


Mencuatnya kembali kasus korupsi mantan penguasa Order Baru,Soeharto,yang lagi menimbulkan pro-kontra,sebetulnya menggambarkan betapa publik sangat berharap agar ada kepastian hukum bagi mantan pemimpinnya.Soeharto diduga telah melakukan korupsi dalam mengelola tujuh Yayasan,yang dananya bersumber dari sumbangan dan uang Negara,yang merugikan Negara triliunan rupiah.namun,untuk kesekian kalinya usulan agar Soeharto diampuni juga kembali mengemuka.gerakan memaafkan Soeharto kali ini muncul dari “wakil-wakil rakyat” melalui usulan mereka agar diadakan sidang itimewa untuk menghapus dosa-dosa mantan Jenderal besar itu.usulan ini sekaligus menambah suram usaha mengadili Soeharto,yang secara khusus tercantum dalam TAP MPR No IX/MPR/1998,khususnya pasal 4 tentang penyelengggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN yang memerintahkan proses peradilan,termasuk Soeharto.


Kecenderungan “memaafkan “ dan tidak memproses kasus korupsi Soeharto,yang datanya sudah jelas di depan mata, bukan tidak mungkin adalah bagian dari strategi mata rantai korupsi yang besar dan memiskinkan rakyat Indonesia.karena,memutuskan fondasi korupsi yang dibangun oleh klan Soeharto bukan tidak mungkin meruntuhkan sekian banyak bangunan korupsi lainnya.,ini bermaksud mengaja kalayak mengkaji bersama,mengapa tuntutan untuk mengadili Soeharto karena dosa-dosa politik nya sampai sekarang belum terlaksana.Proses hukum bagi Soeharto ibarat sebuah sinetron yang sudah disekenario sedemikian rupa sebagai tontonan karena kasus nya terus diambangkan.padahal,masyarakat menghendaki Soeharto diproses sampai tuntas dalam peradilan yang fair.kalaupun Soeharto dianggap sudah tua,sakit, dan lemah untuk diadili,mengapa semua rezim pasca-Soeharto tidak berusaha melakukan penyitaan harta rakyat yang dijarah oleh Rezim Soeharto dan kroninya?


Dimulai dengan pertanyaan apa penyebab gagalnya reformasi Mei 1988,buku ini menjawab bahwa kesalahan terbesar para reformis dan aktor pro-demokrasi bangsa Indonesia adalah “menyerahkan “ wilayah publik pada sekumpulan orang-orang Orde Baru.malah menurut Penulis, Istana kepresidenan republik Indonesia pasca-Soeharto, yakni sejak Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati hingga Susilo Bambang Hudoyono,menjadi lahan subur bagi perkembangan korupsi dan kroniisme yang menyesengserakan ekonomi Negara.


Menurut penelitian George Junus Aditjondro,sejak era Soeharto,mengkorupsi di Indonesia telah tumbuh sedemikian rupa menjadi jalinan oligarki yang sulit diputus mata rantainya.presiden-presiden berikutnya juga tak luput dari jaraingan-jaringan oligarki tersebut,yang terus dipertahankan dan diperbarui melalui persekutuan-persekutuan terselubung lewat berbagai sektor ekonomi dan politik,dengan pergeseran warna dan pemain disana-sini.uraian Penulis, yang didukung data yang komplit,menganai “bakat dan hobby korupsi”Soeharto ke presiden berikutnya,sehingga membuat mereka menjadi Soeharto kecil (small Soeharto) dalam bidang korupsi,membuat kita membayangkan adanya jaringan yang luar biasa ketat dan tersistemisasi, yang kemudian menyulitkan proses demokratisasi dan pencapaian keadilan dalam masyarakat.


Oligarki adalah suatu bentuk masyarakat dimana kekayaan menentukan kekuasaan, dan kekuasaan politik berada ditangan orang-orang kaya.

Dalam buku ini menganalisis bagaimana sistem oligarki Soeharto direproduksi oleh sistem-sistem politik pasca-Soeharto.dengan data hasil penelusuran delapan tahun di Indonesia dan tuju tahun di luar negeri, Penulis menilai bahwa oligarki di Indonesia terbagi menjadi tiga kaki.


1. Istana yang juga merupakan lingkaran dalam oligarki ini. Yang dimaksud dengan”Istana” bukanlah gedung yang meruapakan tempat tinggal resmi keluarga Presiden,melainkan keluarga besar presiden yang juga meliputi kerabat dan keluarga besar yang tinggal di luar Istana.

2. Tangsi”,yang sekaligus merupakan lingkaran pelindung pertama dari”Istana”.”tangsi” disini bukanlah tempat tinggal segala kesatuan angakatan bersenjata,melainkan komunitas militer dan polisi yang terdiri dari Purnawirawan,perwira tinggi,sampai para prajurit,yang bertugas memlihara kepentingan modal besar.

3. Partai penguasa,yang di era kepresidenan Soeharto dimainkan oleh Golongan Karya(Golkar).kaki ketiga ini adalah benteng perlidunagn kedua bagi berbagai bisnis Istana,yang sekaligus berfungsi menyamarkan keberpihakan para serdadu dalam melindungi kepentingan bisnis keluarga Istana.

Oposisi perlawanan terhadap akumulasi kekayaan yang seperti piramida terbalik itu,bisa datang dari golongan kiri,bisa juga datang dari golongan kanan yang tersingkir.


LAPISAN KORUPSI


1. Korupsi Lapis Pertama, yang meliputi bidang sentuh langsung antara warga (citizen) dan birokrasi atau aparatur Negara yang dapat dibedakan antara suap ( bribery), dimana prakarsa untuk mengeluarkan dana, jasa, atau benda dating dari warga dan Pemerasan ( extortion) prakarsa untuk mengeluarkan dana, jasa, atau benda dating dari aparatur negara

2. Korupsi Lapis kedua, yang meliputi lingkaran dalam (inner circle) dipusat pemerintahan, dapat dibedakan antara :

a. Nepotisme : dimana ada hubungan darah antara mereka yang menjadi pelayan public dengan orang-orang yang menerima kemudahan dalam bidang usaha mereka.

b. Kronisme : dimana tidak ada hubungan antara pelayan public dengan orang-orang yang menerima berbagai kemudahan dalam bidang usaha mereka.

c. Kelas baru, dimana mereka yang mengambil kebijakan dengan mereka yang menerima kemudahan khusus untuk usaha mereka sudah menjadi kesatuan yang organic.

3. Korupsi Lapis ketiga, adalah jejaring korupsi (cabal) yang sudah terbentuk yang meliputi birokrat , politisi, aparat hukum, aparat keamanan Negara, perusahaan-perusahaan negaradan swasta tertentu, serta lembaga-lembaga hukum, pendidikan, dan penelitian yang memberikan kesan obyektif dan ilmiah terhadap apa yang merupakan kebijakan jejaring itu.


Pembedaan Korupsi

1. Korupsi yang didorong oleh kemiskinan (corruption driven by poverty)” Korupsi kerah biru”.

2. Korupsi yang didorong oleh kerakusan (corruption driven by greed)” Korupsi kerah putih” atau korupsi berseragam dan berdasi.


Metode Korupsi Kepresidenan Soeharto


1. Cara pengumpulan kekayaan dalam negeri

a. Membentuk Yayasan

b. Menggunakan asset milik kawan-kawan mantan presiden soekarno

c. Mengeluarkan dan menyalahgunakan keppres

d. Membentuk berbagai monopoli komoditi

e. Penyalahgunaan fasilitas Negara

f. Bentuk lain gate keeping dan rent seeking

g. Menyewakan pesawat untuk jamaah haji

h. Menyewakan pesawat untuk jamaah haji

i. Menggunakan pesawat pribadi untuk menyelundupkan emas ke luar negeri

j. Mengimpor senjata dan berdagang bahan peledak

k. Pencetakan dan perdagangan uang palsu

l. Penyelundupan obat terlarang

2. Mengglobalkan kekayaan yang dikumpulkan didalam negeri

a. Menghadiahi para kroni dengan kekuasaan

b. Memanfaatkan kantor pengacara dan konsultan keuangan internasional yang bagus

c. Memanfaatkan pengusaha local, konsultan, politisi luar negeri dan kroni

d. Memanfaatkan jaringan bank internasional

e. Menyembunyikan asset-aset di perusahaan-perusahaan global multi lapis

f. Meng-ASEAN-kan oligarki soeharto

g. Mengeksploitasi posisi internasional soeharto

h. Menyimpan uang dipusat pencucian uang dunia

i. Menjual kekayaan kepada mitra bisnis

Tidak ada komentar: