Sabtu, 24 Januari 2009

KEBAHAGIAAN YANG SEBENARNYA...

Seseorang bisa bilang bahagia jika memperoleh kesuksesan dalam meniti karier, memiliki harta yang melimpah atau memperoleh istri yang cantik. Itukah arti bahagia yang aku cari? Bisa iya bisa tidak sich. Kenapa? Karena kebahagiaan seperti itu sifatnya relatif dengan waktu. Untuk saat ini bisa dibilang kebahagiaan itu yang paling dekat untuk diperoleh. Tapi apakah kebahagiaan itu sudah bisa diartikan sebagai kebahagiaan yang sebenarnya? Dengan tegas aku bilang tidak! Agak munafik emang! Tapi itulah kebenaran yang perlu kita yakini! Tidak cukup hanya memakai nalar! Memang kebahiaan macam itu seakan terasa nyata.

Kebahagiaan sebenarnya bukan terletak pada mata, tangan, kaki atau anggota lahir bahkan juga bukan mempunyai istri yang cantik dan meraih kesuksesan dalam berkarier. Rasa bahagia itu tempatnya dalam hati. Kalau hati senang, tenang dan tentram, dalam miskin pun kita akan merasakan bahagia. Sebaliknya kalau hati galau, risau dan rusak binasa maka ilmu setinggi apapun, harta melimpah dan kaya raya macam apa pun serta sebesar apa pun pangkat, tetap tidak akan hidup bahagia.

Itu adalah bukti yang cukup jelas dan nyata dalam hidup semua orang. Kerana, untuk mencapai kebahagiaan hidup sendiri ataupun keluarga dan masyarakat, yang mesti diutamakan adalah mendidik diri manusia dengan iman dan taqwa. Bukan dengan uang, pangkat, ilmu tinggi, kemewahan, pembangunan, kemajuan dan kemodenan dan hal lainnya yang bersifat keduniawihan.

Kebahagiaan di atas adalah bahagia dunia. Dan perlu diketahui bahwa kebahagiaan di dunia porsinya sangat kecil dibanding dengan kebahagiaan di akherat. Bisa dibilang kebahagiaan dunia hanyalah 1% sedang kebahagiaan akherat adalah 99%. Sangat jauh perbandingannya. Jadi semua kebahagiaan yang kita peroleh di dunia ini masih jauh dengan arti bahagia yang sebenarnya. Iman dan taqwa bisa membuat orang terhibur dengan kemiskinannya. Iman dan taqwa bisa membuat orang kaya dermawan dengan harta yang dimilkinya dan rasa terhibur ketika dapat menyumbang kepada masyarakat dan menderma kepada fakir miskin serta bisa berbagi kebahagiaan dengan orang sekitar (Fakir miskin). Iman dan taqwa bisa membuatkan pemimpin yang berkuasa rendah hati dengan rakyatnya serta ia akan terhibur ketika melihat rakyatnya makmur tidak kekurangan suatu apapun.

Iman dan taqwa membuata keharmonisan hubungan keluarga (ayah, ibu dan anak kepada bapak dan ibunya), dank dan membuat anak-anak senang untuk taat kepada kedua orang tua, isteri Senang dan terhibur untuk taat kepada suami, rakyat senang mentaati para pemimpin, anak murid senang untuk hormat dan kasih kepada guru dan seterusnya. Bila manusia sudah berada dalam keadaan seperti ini, barulah uang dan harta yang melimpah akan membawa bahagia dan rahmat bagi kita, keluarga serta orang-orang disekeliling kita. Barulah pangkat yang tinggi bisa membawa kemaslahatan bagi ummatnya, kemajuan dan pembangunan akan menjadi sumber keselesaan hidup yang penuh makna. amin

Tidak ada komentar: